Rabu, 02 Juni 2010

Hubungan antara pasien dan dokter

Merangkum semua apa yg kualami didaerah ini sebelum balik keperadaban nanti....
Ini aceh bung, dimana secara hukum kita terikat dengan syariat islam, dengan watak orangnya yg keras (ini tanda tanya, bukan mendiskreditkan, tapi mungkin lebih tepat keras kepala, dan sok pintar) tolong ditelaah dengan benar kalo ini sebenarnya kenyataan bukan sarkasme. Beragam karakter, tapi yang menonjol adalah "merasa tahu tapi sebenarnya tidak tahu sama sekali".
Mencoba menjadi dokter spesialis yang idealis, namun hampir menyerah dan tampaknya gagal,huff... tampaknya tidak berjalan hubungan sebenarnya antara dokter dan pasien itu, pasien merasa tahu mendikte kita mengenai apa yang akan kita kerjakan, sedangkan kita mempunyai prosedur yang mesti kita jalankan, standar profesi. Seakan dilema, apakah akan dituruti saja, sehingga aku akan menjadi dokter yang "bodoh" dan membodohi pasien, atau tetap terus sesuai dengan standar yang kuanut, namun begitu banyak hambatan untuk menjalankannya. contoh kasus, mengenai pemberian infus, iv line... begitu dipasang, orang tuanya merasa kasihan, anaknya kesakitan dan menangis, padahal pada dasarnya memang sakit akan rewel, sehingga meminta infus dicopot saja. tentu saja kita tidak lepas. namun dengan gagah berani dan arogansinya, memaksa kita mencabut lagi infus tersebut. penjelasan sudah tidak terhitung berapa kali kita berikan, persuasif bukan represif, namun apa daya... Yang kita sayangkan adalah kondisi pasien, pasti akan memburuk, dan kalaupun terjadi sesuatu, tetap RS yang disalahkan. pilihan yang sulit. kemana hubungan antara dokter dengan pasien, dimana pasien dengan senang hatinya akan menuruti apa yang kita sarankan dan kemudian sembuh, sehat sentosa, pulang dengan senyum? ini aceh bung!! begitu kata teman, kalo pasien minta suntik dikepala, ya suntik aja kepalanya dengan obat apa aja, kalo minta pulang, pulangin aja. gak usah banyak kata dan menjelaskan, isi kepala mereka sudah statik, gak bisa lagi menerima saran ataupun nasehat. Namun nurani masih berkata lain, inilah misi kita, merubah apa yang salah. tapi aku sudah hampir menyerah, ini ACEH bung!! (ingin kutimpalin sebenarnya, ini AKU bung, kukerjakan semua ini untuk kebaikan kalian, tapi tak ada yang mengerti..)
Kurasa tempatku mungkin memang di kota besar, mengajar, dan bertemu dengan pasien yg biasa membalas sapaan dan senyumanku, yang bertanya bila tidak mengerti bagaimana keadaan anaknya.... semoga masih ada dokter lain yang idealis, karena aku mungkin sudah menyerah...

1 komentar:

Mom mengatakan...

Ga boleh nyerah!! You're the boss of ur own. Noone can tell you what to do. Pasti ada caranya bikin tuh keluarga anak2 ngerti, mereka yg cuma bisa bilang 'ini Aceh bung!' itu cuma orang2 yg menyerah dgn keadaan. I may say I'm one of a kind, but I know you're not. Klo terus2an mengikuti cara pikir mereka, gak akan ada perubahan, gak akan terbentuk peradaban. Orang gak akan mengingat sesuatu yg sama atau monoton, yg akan orang ingat selalu adalah perbedaan, perubahan, eksklusifitas. Kalo mereka berhak diberi perubahan (yg baik) then it's worth at least a try. Being special is something, being unbeatable is everything. Semangat! :)