Bodohnya RCTI. Polemik resep puyer.
Ternyata tidak menyangka kalau RCTI begitu bodohnya dan hobinya membodohi masyarakat mengenai pemberitaan obat puyer ini. Tidak adanya divisi ilmiah di stasiun TV ini mungkin adalah penyebab utamanya. Polemik bahwa puyer mengandung lebih dari 15 macam konten (polifarmasi) kayaknya berlebihan.
1. RCTI tidak kompeten dalam menilai fungsi dan isi konten obat, kecuali telah diteliti oleh orang yang berkompeten (dokter ahli dalam hal ini)
2. Isi pemberitaan yang tidak sesuai dan akan meresahkan masyarakat mesti diedit dan ditelaah lebih lanjut, apakah lebih banyak manfaat bagi masyarakat atau hanya untuk kepentingan RCTI saja, demi popularitas yang sudah surut dibanding stasiun TV lain (mencari sensasi).
3. Pemberitaan ini telah membuat masyarakat awam resah dan tidak mau mengkonsumsi obat puyer, padahal racikan memang adalah obat yang dimodifikasi konten dan dosisnya agar sesuai dengan metabolisme tubuh anak (berdasarkan berat badan dan luas permukaan tubuh). Bentuk racikan tidak hanya puyer, bisa sirup, atau bisa juga dimasukkan dalam kapsul. RCTI tidak paham dengan ini, jadi hanya membahas tentang puyer saja. Mungkin karena puyer ini paling banyak dibikin, selain racikan lain, karena biaya pembuatannya yang paling murah. Mestinya dibahas juga sirup racikan, atau kapsul racikan. Kapsul racikan biasa diberikan pada dewasa. Ini sepertinya ditujukan untuk meresahkan masyarakat terutama ibu-ibu yang memang lebih emosional. Artinya pemberitaan ini akan diburu terus, rating naik. Sungguh egoisnya RCTI.
4. Fakta anak-anak yang sering berobat dengan obat racikan itu, apakah mengalami efek samping obat? Apakah kasus overdosis, efeksamping obat begitu banyaknya? Hampir tidak ada. Faktanya yang diberi obat racikan malah lebih cepat sembuh dengan tanpa atau hanya dengan efek samping yang minimal.
5. 15 macam konten di “blow up” seolah olah ini salah. Satu obat bisa mengandung berbagai macam konten, bisa puluhan, apalagi kalau ini adalah jenis multivitamin dan obat simtomatis (anak-anak cenderung diberi vitamin, karena dalam masa pertumbuhan sehingga membutuhkan vitamin dan mineral yang banyak agar tumbuh kembang optimal). Coba ambil botol sirup vitamin, lihat isinya, maka biasanya isinya adalah vit a, b,b1 b2, b6, b12, lisin, vit d, vit c, mineral (bisa 8 macam). Berapa macam coba? Lebih dari 15 macam. Belum lagi obat simtomatis, obat flu contohnya. Ambil saja yang sirup atau tablet. Isinya adalah parasetamol, pseudoefedrin, ctm, gg, cafein, dll tambahannya. Biasanya ada 6-10 konten. Lebih enak lagi liat multivitamin bebas extra joss, atau hemaviton. Berapa macam isinya? Bisa 8-10 macam. Jadi bagaimana ini RCTI? Mana sisi ilmiahmu dalam memberitakan.
6. Dokter disumpah untuk mengobati pasien dengan seluruh kemampuan ilmunya untuk sebaik-baiknya kepentingan pasien. Coba RCTI bayangkan, betapa rumit proses mendiagnosa sampai menentukan terapi ini. Dokter umum sekolah kurang lebih 7 tahun ditambah dengan seminar, pertemuan ilmiah, ujian kompetensi, dan kursus tambahan. Ditambah bila sudah spesialis kurang lebih 5 tahun lagi (jadi 12 tahun). Pendidikan yang begitu lamanya, rcti ragukan dengan membandingkan analisis reporternya yang paling s1 (4 tahun), paling tinggi s2 (tambah 2 tahun lagi, jadi 6 tahun).
7. Untuk kasus yang menyangkut kepentingan orang banyak, mestinya langsung minta konfirmasi orang yang paling berkompeten (dokter ahli). Semua wawancara dengan dokter ahli yang kompeten (dalam hal ini ketua idai) dengan jelas menyatakan bahwa itu biasa saja dilakukan, semuanya untuk kepentingan pasien, karena pada saat itu yang mendiagnosa dan menentukan terapi adalah dokter yang bersangkutan.
8. Bila RCTI meragukan kompetensi dokter dalam mengobati orang , (usilnya saya nih), berobat saja ke dukun cilik ponari, he he. Tidak usah berobat kedokter, mau mau mau, beranikah anda RCTI?
9. RCTI mesti minta maaf ke masyarakat dan komunitas dokter akibat pemberitaan ini.
10. IDI dan IDAI mesti menuntut RCTI ditutup karena kasus pencemaran nama baik profesi dan perbuatan hasut yang mengakibatkan kerugian pada orang banyak.
Sabtu, 14 Februari 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
3 komentar:
Yth TS..
saya numpang copy paste ya..
mau saya kirim ke RCTI..
atas perhatianya BTK
dear dok,
sepertinya PB IDI perlu bikin press release lagi biar masyarakat ngga resah
Wah hebat kamu dok!
Tapi ada benernya juga sih dok, waktu nonton sampai seri-seri berikutnya...
Saat di informasikan bahwa 80% yang biasa menyerang penyakit pada anak-anak bisa disembuhkan oleh sistem imune alami si anak..
Subhanallah.. ternyata ketika Allah menciptakan manusia juga sudah di berikan sistem pertahanan tubuhnya...
Posting Komentar